Ket foto/ Wawali Kota Bengkulu Roni Tobing
Bengkulu – Wali Kota Bengkulu, Roni Tobing, menegaskan komitmennya untuk menjadikan Kota Bengkulu sebagai wilayah dengan angka stunting nol atau zero stunting. Hal ini disampaikannya dalam acara peluncuran program percepatan penurunan stunting yang digelar di Balai Kota, kamis (24/4/25). Target tersebut sejalan dengan upaya pemerintah pusat dalam menurunkan prevalensi stunting secara nasional.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki tinggi badan di bawah standar usianya, serta berisiko mengalami gangguan perkembangan kognitif dan kesehatan dalam jangka panjang.
Dalam sambutannya, Roni Tobing mengatakan bahwa penanggulangan stunting adalah prioritas utama pemerintah kota. “Kita ingin anak-anak Bengkulu tumbuh sehat, cerdas, dan kuat. Oleh karena itu, saya menargetkan zero stunting di kota ini. Ini bukan sekadar angka, tetapi masa depan generasi kita,” tegas Roni.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, prevalensi stunting di daerah tersebut masih berada di atas 15 persen pada tahun 2023. Untuk mencapai target zero stunting, Pemerintah kota Bengkulu (Pemkot) Bengkulu menerapkan strategi kolaboratif lintas sektor, melibatkan perangkat daerah, tenaga kesehatan, kader posyandu, serta masyarakat.
“Penanganan stunting bukan hanya tugas dinas kesehatan kota Bengkulu saja. Maka saya kembali tegaskan kita harus kerja kolektif. Semua pihak juga harus bergerak bersama mulai dari penyuluhan, pemenuhan gizi, hingga perbaikan sanitasi dan pelayanan kesehatan,” ujar Roni.
Langkah konkret yang ditempuh pemerintah kota meliputi peningkatan akses ibu hamil terhadap layanan kesehatan, pemberian makanan tambahan bergizi bagi balita, serta penguatan edukasi keluarga tentang pentingnya gizi seimbang. Pemerintah juga bekerja sama dengan organisasi masyarakat dan dunia usaha dalam menyediakan bantuan pangan dan infrastruktur pendukung, seperti air bersih dan sanitasi layak.
Selain itu, Pemkot Bengkulu akan memaksimalkan peran posyandu dan puskesmas sebagai ujung tombak pemantauan tumbuh kembang anak. “Kami akan pastikan setiap anak diperiksa secara berkala, dan intervensi diberikan sedini mungkin jika ditemukan tanda-tanda stunting,” imbuhnya.
Roni Tobing juga menyoroti pentingnya keterlibatan keluarga dan lingkungan dalam upaya ini. Ia mengajak para orang tua untuk lebih peduli terhadap pola makan dan kesehatan anak. “Gizi itu dimulai dari rumah. Mari kita ciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak dengan penuh cinta dan perhatian,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu adalah Joni Hariyadi Tabrani, menyampaikan bahwa pihaknya telah memetakan wilayah-wilayah dengan risiko stunting tinggi. Intervensi akan difokuskan pada daerah tersebut dengan pendekatan berbasis data. “Kami ingin setiap langkah yang kami ambil tepat sasaran dan berdampak nyata,” Singkat Joni
Ia juga menambahkan, Program zero stunting juga akan didukung dengan penggunaan teknologi informasi dalam pelaporan dan pemantauan kasus. Sistem ini memungkinkan data tumbuh kembang anak dipantau secara real-time oleh petugas kesehatan dan pemerintah.
” Kita juga komitmen bahwa kehadiran program ini sangat penting bagi masa depan anak-anak. dan mendukung penuh upaya Anak-anak ini agar bisa tumbuh sehat, karena anak- anak merupakan investasi terbaik bangsa kedepannya,” ujarnya.
Dengan dukungan lintas sektor dan partisipasi aktif masyarakat, target zero stunting di Kota Bengkulu” kita juga berharapkan mulai dari 2025 ini hingga kedepan dapat tercapai. Maka dari itu Pemerintah Kota Bengkulu optimistis bahwa langkah ini akan membawa dampak besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dikota Bengkuku.’ Demikian Tutup Joni .,(BR1)