Dinkes Lakukan Berbagai Upaya Percepatan Penurunan Stunting Kota Bengku

 Bengkulu,Beritarafflesia.Com-Pemerintah telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan target penurunan yang signifikan dari kondisi 24,4% pada 2021 menjadi 14% pada 2024.

Strategi penurunan angka stunting juga sudah ditetapkan dalam strategi nasional percepatan penurunan stunting sesuai PP No 72 Tahun 2021. Peraturan Pemerintah tersebut mendorong sejumlah langkah, seperti peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan terkait program penurunan angka stunting di kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa.

Baca Juga  Manfaat Terbentuknya Posyandu Remaja di Kelurahan Lempuing

Di Kota Bengkulu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu juga melakukan berbagai intervensi percepatan penurunan stunting. Seperti halnya yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bengkulu.

Dinkes melakukan berbagai upaya percepatan penurunan stunting di Kota Bengkulu, yang mana target prevalensi menjadi satu digit bahkan zero stunting.

“Upaya kita sama seperti sebelumnya, kita memberikan pil FE kepada remaja putri, calon pengantin. Kemudian untuk ibu pasca hamil kita lakukan pemeriksaan rutin. Sebelum itu, kita juga memantau perkembangannya saat hamil. Setelah melahirkan kita juga memantau perkembangannya hingga anak tersebut berusia 2 tahun,” jelas Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinkes Joni Haryadi Thabrani, Rabu (24/1).

Baca Juga  Dewan Kota Dorong Pemkot Tertibkan Bangunan Asrama Haji Yang Belum Miliki PBG

Untuk penanganan stunting, lanjut Joni, pihaknya juga akan memeriksa anak-anak diduga terindikasi stunting. Pasalnya, ada ditemukan balita pendek, namun tidak terindikasi stunting.

“Rencananya akan kita periksakan ke dokter spesialis anak untuk memastikan anak tersebut sehat atau tidak. Apakah masih dikatakan stunting atau tidak, nah nanti hasil dari dokter spesialis tersebutlah akan kita masukkan dalam kesimpulannya,” jelas Joni.

Baca Juga  Kebakaran Toserba Khatulistiwa, Berdampak Terhadap PKL

“Karena balita pendek itu belum tentu stunting, tapi stunting itu pasti pendek. Nah jadi itu nanti dokter spesialis yang menilai dan menyimpulkannya. Kalau dia sekedar pendek aja ya udah, asal dia fisiknya sehat, aktivitasnya normal tentu itu bukan dikatakan stunting,” sambungnya.

Sebagai informasi, prevalensi stunting di Kota Bengkulu turun tajam, dari  22,2 persen di tahun 2021 menjadi 12,9 persen di  2022, turun 9,3 persen. (Br1)

Share

Tinggalkan Balasan