Anggota DPRD Provinsi Usin Abdisyah, Dorong Anak Muda Terus Lanjutkan Generasi Reformasi

Anggota DPRD Provinsi Usin Abdisyah, Dorong Anak Muda Terus Lanjutkan Generasi Reformasi

Bengkulu,Beritarafflesia.com- Anggota DPRD Provinsi Bengkulu Usin Abdisyah Putra Sembiring mengatakan, saat ini, Reformasi belum selesai dan dia mengajak generasi terus melanjutkan Reformasi.

“Reformasi belum selesai, ayo kita lanjutkan. Kita perbaiki sistem kenegaraan jangan biarkan para penumpang gelap Reformasi mengisi negara kita,” tutur Usin, yang juga mantan aktifis 1998 ini, Sabtu (20/5/2023).

Anggota DPRD Provinsi Usin Abdisyah, Dorong Anak Muda Terus Lanjutkan Generasi Reformasi

Usin menegaskan, saat ini, para generasi harus menyiapkan diri dengan membekali dirinya dengan berbagai kompetensi dan skill. Bekal tersebutlah yang akan digunakan untuk mengisi era Reformasi ini dengan berbagai kemampuan.

“Terus asah diri dengan berbagai kemampuan, negara ini membutuhkan anak-anak muda yang memiliki visi dan misi, yang memiliki kemampuan dan dedikasi serta loyalitas terhadap negara,” imbuhnya.

Usin mengingatkan, generasi muda saat ini bisa memanfaatkan berbagai ruang untuk belajar, tidak harus mengandalkan sekolah-sekolah atau kampus saja. Ruang belajar saat ini bisa dimana saja dan kapan saja dengan hadirnya berbagai teknologi.

Baca Juga  Anggota DPRD Provinsi Ria Oktarina Dorong Partisipasi Aktif Kaum Perempuan Dalam Bangun 

“Salah satunya adalah memanfaatkan dunia internet. Di internet semua kemampuan ada dan bisa dipelajari, manfaatkan sebaik mungkin untuk menambah skill,” pungkasnya.

Untuk diketahui,  Hari Reformasi Nasional yang diperingati setiap 21 Mei, sekaligus menjadi momen pengingat seluruh masyarakat Indonesia pada peristiwa 1998 dan lengsernya Presiden Soeharto. Peristiwa itu menjadi penanda berakhirnya masa orde baru yang berganti ke masa peralihan atau reformasi. Tahun 1998 menjadi salah satu momen bersejarah bagi Indonesia karena dipenuhi konflik dan huru-hara, mulai dari aksi demo besar-besaran hingga kasus penculikan para aktivis serta tragedi Trisakti yang menewaskan sejumlah mahasiswa.

Berbagai krisis yang tak terselesaikan menjadi catatan hitam era kepemimpinan orde baru di bawah rezim Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Beranjak dari ketidakpuasan terhadap pemerintah, masyarakat Indonesia terutama mahasiswa menyuarakan reformasi guna membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa. Hasil dari reformasi ini memicu mundurnya Presiden Soeharto serta adanya perubahan besar-besaran pada sistem pemerintahan yang didasarkan pada asas dan cita-cita bangsa. Dengan demikian, tahun 1998 disebut sebagai tahun reformasi.

Baca Juga  Anggota DPRD Provinsi Minta Pemprov Terbit  SK Guru Honor Lulusan Passing Grade Untuk 2023

Menurut Para Ahli, Sedarmayanti (2009: 67) bahwa reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, komprehensif, ditujukan untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik (good governance).

Sejarah Hari Reformasi Nasional 21 Mei sendiri mengacu pada tanggal mundurnya Presiden Soeharto dari kursi kepemimpinannya, yakni pada 21 Mei 1998. Lahirnya gerakan reformasi berskala nasional ini bukan semata-mata didasarkan pada berakhirnya masa orde baru saja, melainkan adanya faktor dorongan dari krisis ekonomi, politik, hukum, hingga sosial yang melanda Indonesia saat itu.

Baca Juga  Patut Dicontoh, Bang Usin Terus Edukasi Manfaatkan Sampah Jadi Berharga

Krisis di tahun 1997-1998 ini banyak memicu protes besar dari masyarakat, bahkan banyak para aktivis hilang ketika memperjuangkan reformasi. Selain itu, mosi ketidakpuasan masyarakat terhadap rezim Soeharto juga menjadi pemicu lahirnya reformasi. Atas dasar itu, sejumlah organisasi mahasiswa di berbagai wilayah secara serentak mengadakan aksi unjuk rasa besar-besaran hingga memicu huru-hara nasional.

Sebelum lengsernya Soeharto, pada 12 Mei 1998 sempat terjadi keributan besar yang dikenal sebagai tragedi Trisakti. Dalam tragedi ini, sekitar empat mahasiswa tertembak mati. Hal ini yang semakin membuat masyarakat dengan lantang menyuarakan perubahan. Setelah melalui konflik panjang, akhirnya Presiden Soeharto mundur dari kursi kepemimpinannya. Dengan kejadian tersebut sekaligus menjadikan tanggal 21 Mei 1998 sebagai babak baru pemerintahan Indonesia atau dikenal sebagai Hari Reformasi Nasional. (Adv)

Share

Tinggalkan Balasan