Bengkulu,Beritarafflesia.Com-Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Bengkulu turut andil menekan angka stunting.
Baznas bersama Pemerintah terus berupaya untuk mengurangi jumlah bahkan menargetkan zero stunting melalui berbagai program, salah satunya pemberian bantuan kepada masyarakat risiko stunting.
Ketua Baznas Habib Abdurrahman Alkaff mengatakan, pemberian bantuan tersebut penting untuk dilaksanakan, guna membantu memenuhi asupan gizi anak, yang masih dalam masa pertumbuhan.
“Iya, pemberian bantuan untuk masyarakat risiko stunting terus kita lakukan. Ini upaya kita membantu pemerintah dalam menekan angka stunting di Kota Bengkulu,” ucapnya.
Sementara itu, Pj Walikota Bengkulu Arif Gunadi selaku pemimpin di Kota Bengkulu berharap bantuan tambahan makanan tersebut dapat menambah asupan gizi anak serta sekaligus memperkenalkan makanan pokok kepada anak balita. Selain itu, pemkot juga melakukan pemantauan status gizi balita melalui kegiatan posyandu ataupun puskesmas setempat.
Adapun penambahan makanan untuk balita ini merupakan tindak lanjut DP3AP2KB dengan menggandeng pihak Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Bengkulu.
“Ini bentuk perhatian kita (Pemkot), insya allah ke depan tak ada lagi balita terindikasi stunting. Kita akan terus memastikan dan memantau setiap balita di Kota Bengkulu agar asupannya terpenuhi. Bersama Baznas kita akan memberikan bantuan makanan tambahan ke balita dalam upaya peningkatan gizinya,” jelasnya, Selasa (9/1).
Sebelumnya, di tahun 2024, Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) fokus menekan angka stunting dengan berbagai program.
Upaya penekanan stunting selaras dengan program Pemerintah Pusat yang menargetkan prevalensi stunting turun hingga 14 persen. Untuk Kota Bengkulu, DP3AP2KB menargetkan turun menjadi satu digit bahkan zero stunting.
Jumat (5/1), Kepala DP3AP2KB Dewi Dharma menjelaskan, kurang lebih ada 5 program prioritas untuk menekan angka stunting di Kota Bengkulu, diantaranya melakukan pendampingan oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK) hingga memperkuat pentahelix, yang mana semua unsur terkait bersatu padu berkoordinasi serta berkomitmen untuk menekan angka stunting.
“Tugas TPK ialah melaksanakan pendampingan kepada sasaran prioritas meliputi penyuluhan, fasilitasi, pelayanan rujukan serta fasilitasi penerimaan program bantuan sosial dan pengamatan berkelanjutan untuk mendeteksi dini faktor risiko stunting,” kata Dewi.
Apalagi, sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan percepatan penurunan stunting, TPK memiliki peran penting karena pendampingan yang diberikan merupakan upaya agar segenap intervensi spesifik dapat sampai kepada penerima manfaat, yang mempunyai dampak nyata dengan menurunnya angka prevalensi stunting.
“Tugas rutin mereka itu mendampingi calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca persalinan dan baduta/balita. Seperti memastikan remaja putri rutin minum pil tambah darah, kemudian ibu hamil memenuhi kebutuhan gizinya baik saat hamil hingga pasca salin ASI eksklusif dengan MPASI sehat dan terakhir ialah memantau perkembangan balita/baduta,” jelasnya.
Untuk mengevaluasi kinerja TPK, DP3AP2KB melakukan mini lokakarya tingkat kecamatan melalui pertemuan antara Camat, Lurah, Kader, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, LPM, dan OPD-OPD terkait.
Selai itu, lanjut Dewi, pihaknya juga memaksimalkan kegiatan rembuk stunting untuk memastikan langkah penanganan stunting secara komprehensif.
“Ini upaya kita untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam penurunan percepatan stunting di Kota Bengkulu, seperti belum optimalnya 8 konvergensi keterpaduan sinergi program dan kegiatan,” ujarnya.
Adapun dalam rembuk stunting pemerintah berkomitmen melaksanakan penurunan percepatan stunting, melaksanakan upaya pencapaian target percepatan penurunan stunting baik melalui intervensi fisik dan sensitif hingga melakukan pendampingan dan melaporkan progres pelaksanaan melalui web Bangda.
Selanjutnya, DP3AP2KB menggelar diseminasi hasil audit kasus stunting. Dalam forum tersebut, dipaparkan hasil audit kasus stunting di Kota Bengkulu. Kemudian, seluruh pihak terkait berdiskusi tentang cara dan strategi untuk terus menurunkan kasus stunting, karena Pemkot menargetkan Kota Bengkulu menuju zero stunting.
Tentu semua upaya di atas tak akan berjalan apabila tak ada sinergi dan kolaborasi seluruh pihak. Untuk itu, penguatan komitmen akan kolaborasi pentahelix dalam upaya percepatan penurunan stunting sangatlah penting. Kegiatan ini menjadi wadah forum peduli stunting yang melibatkan pemerintah, perguruan tinggi, pelaku usaha, media, dan lembaga swadaya masyarakat dengan tujuan terbentuk koordinasi yang baik antar instansi.(Br1)