Beritarafflesia.com- Pandemi Covid-19 telah memberi dampak besar terhadap berbagai sektor. World Health Organization (WHO) telah menetapkan wabah virus corona sebagai pandemi global, termasuk di Indonesia sebagai salah satu negara yang turut terpapar.
Angka korban terus bertambah dengan penyebaran dan penularan yang makin cepat dan meluas. Perkembangan virus ini cukup pesat sehingga kasus orang yang positif terinfeksi setiap hari semakin bertambah, baik jumlahnya maupun daerah yang terdampak virus.
Demi mencegah dampak negatif yang berkepanjangan, maka salah satu solusinya masyarakat dapat melakukan kegiatan rutin dengan menerapkan adaptasi kebiasaan baru yaitu dengan disiplin diri, dan tetap melakukan protokol kesehatan (Prokes) yang benar untuk mencegah terjadinya penularan virus.
Ditengah pandemi, arus informasi yang terjadi sungguh besar dan penyebaran beritanya juga sangat cepat. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sampai saat ini menemukan ada 1.197 temuan isu hoaks Covid-19 di media sosial yang tersebar di empat platform digital, di Facebook 1.497, di Instagram 20, di Twitter 482, dan di YouTube 21.
Kominfo juga sudah memblokir 1.759 akun yang menyebar hoaks di media sosial yaitu di Facebook 1.300, Instagram 15, Twitter 424, dan YouTube 20. Tentunya informasi tidak benar tentang Covid-19 ini sungguh meresahkan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pemuda Indonesia mencapai 64,19 juta jiwa. Dengan jumlah pemuda yang sangat banyak, seharusnya pemuda memberikan kontribusi yang lebih dalam memerangi berita hoaks khususnya yang berkaitan dengan Covid-19.
Peran pemuda yang sangat dekat dengan dunia digital, bisa membantu dalam menyikapi arus informasi yang beredar dengan literasi yang tepat. Berpikir kritis dan selalu waspada dibutuhkan untuk dapat menyaring berita sehingga dapat meredam berita hoaks.
Budaya literasi ini harus selalu diterapkan agar masyarakat, khususnya generasi muda mampu untuk bijaksana dalam menggunakan smartphone. Menyaring berita dan memutus penyebaran hoaks tidak bisa dipungkiri memang harus dimulai dari diri sendiri. Peran pemuda diharapkan untuk menjadi agent of change, yaitu pihak yang mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik.
Salah satunya mengenai pentingnya stay at home dan penerapan 3M (Mencuci Tangan, Menjaga Jarak dan Memakai Masker). Pemerintah juga berupaya meningkatkan literasi melalui diseminasi informasi positif kepada seluruh lapisan masyarakat untuk dapat mengikuti Prokes dan beradaptasi dengan kebiasaan hidup baru.
Untuk membahas secara mendalam mengenai hal tersebut, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo dan Komisi I DPR RI menyelenggarakan Webinar secara daring (online) melalui platform aplikasi ZOOM Cloud Meeting dengan tema “Literasi Pemuda Tangkal Hoaks di Masa Pandemi COVID-19”.
Kegiatan Webinar ini akan diselenggarakan pada selasa, 10 November 2020 pukul 14:00 – selesai dan disiarkan langsung melalui Youtube DJIKP.
Nara sumber yang akan hadir antara lain adalah, Prof. Dr. Widodo Muktiyo (Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik), Bobby Adhityo Rizaldi (Anggota Komisi I DPR RI) dan Wahyu Aji (CEO Good News From Indonesia) dengan diikuti peserta sekitar 150 orang, yang terdiri dari Tokoh Masyarakat Lokal, Tokoh Pemuda dan Pelajar, Aktivis & Pegiat Sosial serta Komunitas Lokal Masyarakat.
Tujuan kegiatan Webinar ini salah satunya untuk memberikan pemahaman dalam memilah mana informasi yang benar dan sesuai fakta. Kemudian mengedukasi masyarakat untuk paham, berpengetahuan luas, mampu menganalisis, menilai, dan mampu untuk berpendapat secara kritis atas informasi atau pesan yang kita dapat dan menjadikan masyarakat sebagai individu yang “melek media”.